Aku bagai musium gantung.
Menyimpan berbagai kenangan masa lampau, sedang tak seorang pun mengunjunginya.
Aku bagai musium, aku manusia patung.
Mengumpat dalam hati, memaki diri, setan apa aku ini? Menyimpan semuanya sendiri.
Sedang aku sendiri tak pernah memungut kenangan itu di beranda
Sedang aku sendiri tak dapat membedakan pintu depan dan pintu belakang rumah kita.
Tapi tak apalah. Aku manusia, menjelma patung.
Malam menjelma arjuna, dingin merundunginya
Ia berjalan mengunjungi rumah-rumah, tak jarang ku lihat ia meniduri anak kepala desa, menjelma dewi bulan katanya. Ia hanya mampir menghangatkan tubuhnya
Seperti aku, meminta kehangatan tiap kali menatapnya.
Tapi tak apalah. Dia hanya malam, menjelma khayalan
Cinta menjelma kamu, atau kamu menjelma cinta
kata malam kau lah yang memungut benda-benda antik, kenangan-kenangan pahit, kisah-kisah romantis, lukisan-lukisan cumbu, foto-foto tubuh, tanah basah, dan air mata di beranda lalu kau simpan padaku, menjadikan aku musium pribadimu
Di paruh waktu, ketika dewi bulan melahirkan anak malam
aku menjelma kamu,
Tapi tak apalah, cinta memang seperti kau.
Melahirkan anak-anak malam dan anakku, yang potret tubuh mereka kau abadikan didalam musiummu.
AKU.
Akan sangat menyenangkan jika kita bisa menulis semua peristiwa bersama-sama. (suka - Duka ) - Crowb
Minggu, 02 November 2014
Senin, 29 September 2014
rabu biru
Ada goresan-goresan sajak di atas meja, terluka.
Ada rautan pensil bertebaran di bawah kursi, sepi
Ada lukisan-lukisan miring di kamar mandi, bertanya "hampa?"
Kau berlari ke hutan, sesaat aku mengeluhkan suara -suara kesunyian.
"Mereka datang" katamu.
Tapi kita berdua diam. Kita terpaku dalam angan. Dan kau lari kearah berlawanan
Ada hujan di jalan belokan didalam hutan yang sering kita jumpai kala kemarau.
Aku bertanya padanya "hujan, apakah kau masih melihat embun yang di tinggalkan kekasihku seperti biasanya?"
Hujan malah bertambah deras. Ia tak perduli pdaku, ia tak menghiraukan dingin disekujur tubuhku.
Setelah itu, jalan yang biasa kita lewati setelah hujan, menghilang.
berikut kau yang gembira menyambut sepi
Dan hujan tetap membasahiku dalam ngeri perpisahan, seolah ia mengerti, seolah ia ingin merasakan tangisku. Seolah ia pula menghapusnya.
Seolah ia membasahi hatiku.
Rabu.
Ada rautan pensil bertebaran di bawah kursi, sepi
Ada lukisan-lukisan miring di kamar mandi, bertanya "hampa?"
Kau berlari ke hutan, sesaat aku mengeluhkan suara -suara kesunyian.
"Mereka datang" katamu.
Tapi kita berdua diam. Kita terpaku dalam angan. Dan kau lari kearah berlawanan
Ada hujan di jalan belokan didalam hutan yang sering kita jumpai kala kemarau.
Aku bertanya padanya "hujan, apakah kau masih melihat embun yang di tinggalkan kekasihku seperti biasanya?"
Hujan malah bertambah deras. Ia tak perduli pdaku, ia tak menghiraukan dingin disekujur tubuhku.
Setelah itu, jalan yang biasa kita lewati setelah hujan, menghilang.
berikut kau yang gembira menyambut sepi
Dan hujan tetap membasahiku dalam ngeri perpisahan, seolah ia mengerti, seolah ia ingin merasakan tangisku. Seolah ia pula menghapusnya.
Seolah ia membasahi hatiku.
Rabu.
Senin, 14 Juli 2014
sementara
izinkan aku sebentar saja menaruh peluh didadamu
biarkan aku berdendang rindu
aku ingin menikmati senja kita
yang tak pernah kita lewati bersama, tapi terlukis saja.
Kita kira seperti itu cinta.
biarkan hujan deras malam ini, sayang
biarlah lara terbawa arusnya
tetaplah dalam hangat dekap ini
dan ijinkan aku mencumbu asa dan peluh kita dengan berani
biarkan rasa berapi-api. Rindu, lupakanlah ..
Kita berdua tau, janji temu dengan perpisahan
biarlah kakimu pergi jauh, tapi hatimu jangan
untuk sementara waktu berkelena lah kau sampai jauh
biarlah kau gapai angan dan mimpimu
kejarlah bahagiamu yang bukan hanya aku
dan bawalah secerca cinta di dadaku agar jika suatu saat dunia meninggalkanmu dan kesedihan menghampirimu, kau tau jalan kembali pulang ke rumah ........Aku.
izinkan kita, izinkan waktu, biarkan jauh,
biarkan aku berdendang rindu
aku ingin menikmati senja kita
yang tak pernah kita lewati bersama, tapi terlukis saja.
Kita kira seperti itu cinta.
biarkan hujan deras malam ini, sayang
biarlah lara terbawa arusnya
tetaplah dalam hangat dekap ini
dan ijinkan aku mencumbu asa dan peluh kita dengan berani
biarkan rasa berapi-api. Rindu, lupakanlah ..
Kita berdua tau, janji temu dengan perpisahan
biarlah kakimu pergi jauh, tapi hatimu jangan
untuk sementara waktu berkelena lah kau sampai jauh
biarlah kau gapai angan dan mimpimu
kejarlah bahagiamu yang bukan hanya aku
dan bawalah secerca cinta di dadaku agar jika suatu saat dunia meninggalkanmu dan kesedihan menghampirimu, kau tau jalan kembali pulang ke rumah ........Aku.
izinkan kita, izinkan waktu, biarkan jauh,
sementara.
Kamis, 24 April 2014
Where or When or What?
Aku bersembunyi di balik kata yang ku sederhanakan, Rela. Merelakan
Aku selalu sulit mengutarakan yang ku sembunyikan didadaku, Rindu. Merindukan.
Aku tidak tau apa mau perasaanku.
Cinta ... haha aku merasa tak sudi . Sudah tak cinta lagi
tapi selalu aku ingin,
Dan takut.
Mimpi...
Dan kita. Akan kita.
Hhh... Let it go....
Aku selalu sulit mengutarakan yang ku sembunyikan didadaku, Rindu. Merindukan.
Aku tidak tau apa mau perasaanku.
Aku kecewa, iya. tapi benci dan dengki tak pernah ada
Aku sakit, sungguh. Tapi rindu.... aku terlalu merindu.
Aku sepi, benar. Aku merasa kehilangan tapi aku lega, tak terjangkau
Cinta ... haha aku merasa tak sudi . Sudah tak cinta lagi
tapi selalu aku ingin,
kau.
Dan takut.
Mimpi...
Dan kita. Akan kita.
Kembali
Hhh... Let it go....
Minggu, 06 April 2014
begin again
Aku tak bisa berhenti sayang
Atas apa yang ku damba akan kita
Aku tak bisa lupa sayang
Semua teramat indah
Kembalilah...
Hanya kata kan iya saja tanpa harus berpikir
Kembalilah...
Hanya katakan iya dan kau tak harus memahami
Kembalilah...
Dan kau hanya perlu mengerti bahwa tanpamu, aku hilang selalu.
Atas apa yang ku damba akan kita
Aku tak bisa lupa sayang
Semua teramat indah
Kembalilah...
Hanya kata kan iya saja tanpa harus berpikir
Kembalilah...
Hanya katakan iya dan kau tak harus memahami
Kembalilah...
Dan kau hanya perlu mengerti bahwa tanpamu, aku hilang selalu.
another sorry
Maaf kan aku atas segala ketamakanku.
Maaf kan aku atas segala keluh kesahmu.
Maaf ka aku atas segala amarah didadamu.
Maaf kan atas cinta yang kita pelihara dan terlepas lalu.
Maaf kan aku. Maaf kan atas rasa cintaku
Maaf atas segala ambisiku.
Maaf kan aku karena tak dapat berhenti berharapmu atau sekedar lalu.
Aku mencintaimu.
Maaf kan aku atas segala keluh kesahmu.
Maaf ka aku atas segala amarah didadamu.
Maaf kan atas cinta yang kita pelihara dan terlepas lalu.
Maaf kan aku. Maaf kan atas rasa cintaku
Maaf atas segala ambisiku.
Maaf kan aku karena tak dapat berhenti berharapmu atau sekedar lalu.
Aku mencintaimu.
"selamat keempat kali bulannya, selamat hari jadi kita"
akhirnya kita kembali pada tanggal, jam dan detik-detik hari persatuan kita.
Aku pilu jika sadar kau 'sedang' tak berada disisiku.
"ahhh, bagaimana kau disana sayang? . rindukah? masih cintakah? baik-baik saja kan? sudah bertemu dengan siapa saja kau? dan berkeinginankah kau untuk pulang lebih cepat ?"
begitu terasa rinduku sesadar ketika kita telah jauh, ketika malam-malam menghembuskan kenangan bersama ketika kau ada.
aku masih mencintaimu, walau tak kurasa setiap hari, tak kurasa setiap waktu, dan tak percaya sama sekali.
akhirnya kita kembali pada tanggal, jam dan detik-detik hari persatuan kita.
Aku pilu jika sadar kau 'sedang' tak berada disisiku.
"ahhh, bagaimana kau disana sayang? . rindukah? masih cintakah? baik-baik saja kan? sudah bertemu dengan siapa saja kau? dan berkeinginankah kau untuk pulang lebih cepat ?"
begitu terasa rinduku sesadar ketika kita telah jauh, ketika malam-malam menghembuskan kenangan bersama ketika kau ada.
aku masih mencintaimu, walau tak kurasa setiap hari, tak kurasa setiap waktu, dan tak percaya sama sekali.
....
Aku berada dibelokan tercuram sepanjang perjalanan.
Aku tak dapat fokus. Aku lepaskan kendali. Aku berhenti
Ku fikir ini akhir perjalananku karena sedari jauh pandanganku jalan setelah belokan itu tak pernah ada, Atau hanya tak terlihat.
Murkamu membuatku merana.
Setamak itukah aku?
Aku tak tau arah. Hingga aku tersesat menuju jalan yang salah.
Kau tinggalkan aku dengan cinta penuh yang membara
Apakah aku terlalu tamak padamu?
Hingga dadamu disesaki penuh emosi dan benci?
Apakah kau lupakan saja janji yang mendarah daging dan membuat aku mati rasa pada segalanya?
Jika ada jalan yang membuat kita bertemu dan kembali. Nyawapun akan ku beri.
Aku tak dapat fokus. Aku lepaskan kendali. Aku berhenti
Ku fikir ini akhir perjalananku karena sedari jauh pandanganku jalan setelah belokan itu tak pernah ada, Atau hanya tak terlihat.
Murkamu membuatku merana.
Setamak itukah aku?
Aku tak tau arah. Hingga aku tersesat menuju jalan yang salah.
Kau tinggalkan aku dengan cinta penuh yang membara
Apakah aku terlalu tamak padamu?
Hingga dadamu disesaki penuh emosi dan benci?
Apakah kau lupakan saja janji yang mendarah daging dan membuat aku mati rasa pada segalanya?
Jika ada jalan yang membuat kita bertemu dan kembali. Nyawapun akan ku beri.
Langganan:
Postingan (Atom)